Twitter Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon


Penjaramu, Penjaraku... 0

Baru-baru ini adik saya membeli seekor anak burung yang masih kecil dan belum ada bulunya, kemudian setiap hari ia memberi makan dan minum, dan berencana ketika burung itu sudah bisa terbang dan bisa mencari makan sendiri, maka burung itu akan dilepas kembali.

Namun ada hal yang menarik ketika burung itu semakin besar dan bulu nya sudah tumbuh, kemudian dipastikan sudah bisa terbang, ternyata burung tersebut menjadi tidak takut terhadap manusia, lebih lucu lagi ketika burung itu dilepaskan dari sangkarnya, ia terbang sejenak kemudian kembali lagi ke dalam sangkar tersebut. Sekarang hampir setiap pagi burung itu dilepaskan dan disediakan air untuk mandi diluar sangkarnya, namun lagi-lagi burung itu akan kembali ke dalam sangkarnya tersebut.

Memang tampak lucu dan menarik, bahwa seekor burung dapat begitu jinaknya dan tidak menyadari bahwa ia telah berada di luar sangkar yang memenjarakannya, tampaknya burung ini walaupun fisiknya tidak dipenjara, pikirannya sudah terperangkap, sehingga ia tidak sadar kebebasan dirinya, tidak sadar akan kemampuan dirinya yang bisa terbang begitu tinggi dan terbang begitu jauh dengan begitu mudahnya.

Setelah saya renungkan kembali, saya merasa kadang diri kita sama seperti burung tersebut, secara fisik kita bebas namun secara pikiran kita terikat dan terpenjarakan, dipenjarakan oleh rasa marah, dipenjarakan oleh ketakutan, dipenjarakan oleh frustrasi, sehingga kita menjadi individu yang tidak bebas, menjadi individu yang tergantung pada belas kasihan, menjadi individu yang apatis dan tidak perduli terhadap keadaan disekitar kita, menjadi individu yang cari aman, dan sebagian menjadi individu yang mencari keuntungan untuk diri sendiri.

Rasa takut, marah, kecewa dan frustrasi ini membuat kita seperti seorang yang buta dan tidak bisa melihat bahwa begitu hebatnya diri kita, membuat kita tidak merasakan hal yang luar biasa dalam hidup kita, coba sadari ketika kita bangun pagi, itu suatu hal yang luar biasa pertama yang bisa kita rasakan bahwa kita masih bangun pagi ini, bahwa kita masih bernafas, bahwa kita masih bisa melihat, bahwa kita masih bisa mendengar. Begitu hebatnya pagi itu, kemudian ketika melihat anak, istri atau suami begitu hebatnya mereka, begitu luar biasanya mereka yang masih memberikan senyuman dan rasa cinta yang begitu besar, ketika kita berkendaraan sadarkan bahwa hebatnya kita masih bisa mengendarai kendaraan dengan gesit dan lincah, masih bisa membawa kendaraan dengan tegap, ternyata kita sehat dan tidak kekurangan satu apapun. Ketika sampai di kantor sadarilah kehebatan berikutnya, ketika kita mendengar ucapan salam ‘selamat pagi’ dari rekan kita yang begitu menghargai keberadaan kita, melihat senyuman tulus dari rekan-rekan kerja kita yang begitu luar biasa. Ketika kita mulai bekerja, sadarkah kehebatan kita yang sampai detik ini masih bekerja, bekerja di perusahaan yang sangat luar biasa, kemampuan kita sedang di asah, kemampuan kita sedang di uji, inilah saatnya pembuktian bahwa kita memang luar biasa, karena semua ujian di sekolah maupun di kampus ketika kita masih seorang siswa atau mahasiswa, sebenarnya ujian sesungguhnya adalah saat ini, dan bukankah Anda semua masih bisa melewatinya dengan kelulusan yang mengagumkan? Belum lagi sampai rumah melihat orang-orang yang kita cintai, tanpa sadar senyum secara otomatis di mulut kita melihat mereka, sadarkah bahwa begitu luar biasa kekuatan cinta tersebut, apakah Anda tidak memilikinya? Ternyata Anda PUNYA!

Ketika kita sudah menyadari hal yang luar biasa ini, lalu mengapa ada ketakutan dalam diri kita? Mengapa ada kemarahan? Mengapa ada frustrasi? Anda hanya perlu sedikit saja membuka mata, membuka telinga dan menyadari bahwa Anda BEBAS, Anda tidak terbelenggu oleh apapun, selain diri Anda sendiri yang mengikat dan memenjarakan Anda. Ketika rantai belenggu ini telah Anda buka, rasakan indahnya sekitar kita, rasakan kesejukan sekitar kita, rasakan kedamaian disekitar kita, hanyutkan dalam kesadaran tersebut karena memang Anda berhak menjadi yang terbaik.

Kata-kata ‘tidak bisa’, ‘tidak mungkin’, ‘sulit’ adalah hal yang tidak perlu diucapkan oleh mereka yang telah terbebaskan, mereka yang memiliki mental juara atau “the winner”, sementara hambatan dan kesulitan merupakan makanan keseharian bagi mereka yang memiliki mental pecundang atau “the looser”. Seperti biasa dalam tulisan saya, akan saya akhiri dengan sebuah pertanyaan, “dimanakah posisi Anda?” Anda yang tahu jawabannya

Comments
0 Comments

0 Responses So Far:

Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.